Pendampingan Anak Jalanan Dan Pemulung di Pusat Kota Pematangsiantar
Perkumpulan ini berdiri pada Juni 1996, di Pasar Horas, gedung 2 lantai Pematangsiantar-Sumatera Utara dengan nama Sandi Kelana dilatarbelakangi keterpikatan anggota dengan Romo Sandyawan SJ, seorang relawan yang penuh perhatian terhadap orang-orang pinggiran. Sementara Kelana adalah seorang Anak Jalanan yang memberi perhatian dan hidupnya bagi teman-teman di Jalanan.
Filosofi nama ini juga mengandung sebuah arti. Sandi dalam bahasa sehari-hari bermakna rahasia, misteri, sebuah kenyataan yang tersembunyi. Sedangkan Kelana berarti Kembara, sebuah perjalanan ziarah. Jadi Sandi Kelana juga berarti rahasia peziarahan. Hidup, termasuk hidup Anak jalanan adalah sebuah perjalanan ziarah. Di sana kita berusaha mencari dan menemukan makna, bahkan memberi makna pada apa yang kita temui.
Perkumpulan ini berawal dari keprihatinan Suster Raynelda Sinaga KYM dan beberapa Frater Projo (Calon Imam Diosesan) yang berdomisili di Seminari Tinggi Santo Petrus Sinaksak Pematangsiantar, Pendeta dan Aktivis terhadap kaum marginal, seperti: Pedagang asongan, Pedagang kaki lima, pengamen, dan pemulung. Pada awalnya kegiatan ini berlangsung hanya 6 bulan, hal ini disebabkan para Pendeta mengundurkan diri karena kesibukan tugas, namun tetap dilanjutkan oleh Sr. Raynelda dan para frater Projo dari beberapa keuskupan. Kegiatan yang dilakukan pada hari Rabu dan Minggu mulai pukul 15.00-18.00, awalnya mengadakan kontak langsung dengan mereka/wawan hati, mendampingi anak dalam belajar dan mengajar membuat keterampilan misalnya mainan kunci, salib dari tempurung kelapa, menjahit, dan hiasan dinding dengan menggunakan pipet. Perkumpulan ini juga bekerja sama dengan Puskesmas untuk membantu anak dalam pengobatan TBC.Kita patut bersyukur bahwa pelayanan ini masih tetap dilanjutkan sampai sekarang bertempat di gedung 2 di lantai 3.
- Kegiatan yang dilakukan.
Pendampingan dilaksanakan pada hari Rabu dan Minggu yakni:
- Pukul 15.00-17.00 Wib: Mengadakan pembelajaran khusus bidang studi yang yang diuji dalam UN
- Mengadakan pengarahan tentang kebersihan dan kerapihan di rumah, Tatakrama dalam berbicara dan bekerja (memulung, mengumpul sisa jualan sayur dan ikan)
Catatan : dalam pembelajaran ini, bekerjasama dengan para Frater (calon Imam) Seminari Tinggi St. Petrus Sinaksak Pematangsiantar, dan para Simpatisan karya sosial.
Kegiatan
- Minggu pukul 15.00-17.00 Wib: Mengadakan pembelajaran khusus bidang studi bahasa Inggris
- Mengadakan kegiatan Keterapilan/kerajinan tangan
- Kunjungan keluarga
- Kegiatan hari besar kenegaraan (17 Agustus), kegiatan hari-hari besar keagamaan, dan pesta St. Vinsensius A. Paulo
- Bekerja sama dengan para simpatisan merenovasi rumah dan membantu pengobatan anak yang menderita penyakit Hidrosipalus
- Rencana kedepan:
- Melanjutkan kegiatan pembelajaran
- Mencari orangtua asuh, berkolaborasi dengan pihak terkait.
- Diharapkan anak dapat belajar sampai tamat tingkat SMA melalui donatur tetap dan donatur lepas
- Mengadakan Workshop
Dalam perjalanan waktu ada hal hal positif sebagai buah pendampingan tersebut antara lain
- Dari rasa pesimis, minder karena kemiskinan anak diberanikan, makin bersahabat dengan suster, makin rajin membantu keluarga dan menghargai orangtua.
- Muncul pencarian jati diri dan bertambah daya juang.
- Beberapa anak jalanan berhasil mencari pekerjaan walaupun ada beberapa tamat SD dan SMP.
- Melalui kegiatan ini muncul orang orang yang rela berbagi misalnya, menyumbangkan waktu untuk les, memberi bingkisan pada hari hari besar dan SPP untuk beberapa orang.
- Kendala yang muncul dalam pelayanan
- Kekosongan waktu pendampingan karena Pergantian suster pendamping. Untuk mengumpulkan anak jalanan tidak mudah karena mobile mereka tinggi. Cepat berpindah dari satu tempat ke tempat lain kalau tidak ada pengikat.Kegiatan belajar sempat terhenti beberapa saat sehingga anak-anak beranggapan bahwa para suster tidak lagi mendampingi, sehingga mereka tidak datang ke shelter. Kendati demikian, kedua suster pendamping tetap beruapaya menghimpun mereka lewat bantuan ito Rames, ketua sandi Kelana di Pasar Horas.
- Alasan lain ketidakhadiran anggota Sandi Kelana (pemulung di pasar horas), bahwa pada akhir bulan Juli, sekitar 21 orang berangkat ke Sumatra Barat untuk bekerja mendulang emas. Mereka direkrut oleh seorang Bapak yang menjanjikan pekerjaan bagi mereka. Menurut berita yang disampaikan oleh para anak jalanan ke ito Rames, ternyata setelah tiba disana mereka tidak bekerja hanya kadang-kadang saja, dan upah mereka juga tidak seperti yang dijanjikan, mereka ingin pulang tapi ongkos tidak ada.
- minat belajar anak kurang, mereka datang ke shelter masih lebih pada keinginan untuk bermain, karena yang hadir adalah anak-anak dan beberapa orang SMP. Dan juga kehadiran mereka masih belum teratur, hari ini datang besok absen, sehingga masih sulit untuk membuat kelompok belajar. Kendati demikian kami masih tetap bersyukur, setidaknya anak masih dapat tertawa, bermain bersama kami dan beberapa temanya. Usaha yang kami pikirkan kedepan adalah; menghimpun anak-anak kembali, memikirkan keterampilan untuk anak jalanan yang tidak sekolah lagi bila suatu saat mereka kembali ke shelter, berkolaborasi dengan pihak lain.