Yayasan Vita Dulcedo

Sejarah Berdirinya Yayasan Vita Dulcedo

 

Yayasan Vita Dulcedo adalah Yayasan yang menaungi karya karitatif Kongregasi KYM yakni karya karitatif (Sosial) yang ditangani langsung oleh Kongregasi KYM. Kongregasi KYM hadir dan melayani Kerajaan Allah demi suatu dunia yang lebih layak untuk dihuni berdasarkan spiritulitas St.Vinsensius a Paulo. (Konstiutsi art 1 dan 2). Untuk visi yang luhur ini, maka Kongregasi KYM, bersama Yesus memilih dengan sadar berbalik kepada kaum miskin menurut Spiritualitas St. Vinsensius a Paulo, dengan menyelenggarakan karya-karya pelayanan kasih yang membebaskan berdasarkan kharisma dan cinta penuh kerahiman untuk membangun tatanan hidup yang baik, dijiwai semangat kesederhanaan baik dalam pola hidup, tutur kata maupun dalam perbuatan. Para Suster KYM,  dalam seluruh pelayanannya dijiwai oleh semboyan: ”Ora et Labora”. Semboyan ini mengajak suster KYM agar tidak melangkah mendahului Tuhan akan tetapi mengikuti petunjuk-petunjuk Penyelenggaraan Ilahi. Juga bahwa KYM mencintai Tuhan dengan kekuatan lengan dan wajah bercucuran keringat artinya dengan kerja keras.

            Kongregasi KYM tetap menyadari bahwa perlu mewujudkan spiritualitas St. Vinsensius dalam pelayanan secara terus-menerus melalui pelayanan dan keberpihakan terhadap kaum miskin, lemah dan terlantar. Sudah sejak menjelang Otonom Kongregasi, para suster KYM merindukan perwujudan karya vinsensian sebagai sarana/wadah untuk menampakkan jati diri St. Vinsensius sebagai pencinta kaum miskin.

Untuk cita-cita mewujudkan spiritualitas ini disadari bahwa para suster perlu dibekali dengan pemahaman akan spiritualitas St. Vinsensius. Oleh karena itu beberapa Kongregasi telah mengundang Romo-romo CM untuk memberikan retret kepada para Suster KYM sehubungan dengan Spiritualitas St. Vinsensius. Sudah ada 4 kali retret para suster KYM yang dipimpin oleh retret KYM yakni tahun 1988, 1992, 1995, dan 2002. Selain retret juga ada pertemuan/studi Kevin (Keluarga Vinsensian) yang diikuti oleh para suster KYM bersama dengan SCMM, PK, dan Frater CMM. Studi bersama Kongregasi yang sejenis spiritualitas ini telah 4 kali dilaksanakan.

Untuk lebih intensifnya pendalaman akan spiritualitas ini, Kongregasi sudah pernah menugaskan seorang suster yang secara khusus mendalami spiritualitas ini dengan pendampingan Romo CM, juga mengutus bebrapa suster untuk menghadiri pendalaman spiritualitas St. Vinsensius di Surabaya. Semua upaya ini mendukung para suster untuk semakin mendalami dan memahami spiritualitas St. Vinsensius.

Dari refleksi ke refleksi KYM tetap bertanya diri: “Que Vadis KYM?”. Untuk membantu KYM dalam pencarian dan perwujudan spiritulitas ini, maka dalam Kapitel Umum KYM selama 2 kali berturut-turut mengambil tema mengukir hati St. Vinsensius dan Mewujudkan jati Diri St. Vinsensius dalam Persaudaraan dan Pelayanan.

Ada sejumlah pertemuan dan keputusan yang diambil dalam persuadaraan KYM yang sehubungan dengan karya vinsensian yakni:

  1. Kapitel Regio KYM – Indonesia Maret 1988: “ dalam membuka komunitas Baru (dalam hal ini Timtim) agar Dewan Pimpinan Baru memprioritaskan spiritualitas pelayanan yakni kaum kecil”
  2. Kapitel Umum KYM Maret 1991: “menghimbau agar pendalaman dan aktualisasi spiritualitas St. Vinsensius semakin terwujud nyata”
  3. Tema Kapitel Umum KYM selama 2 kali periode yakni Maret 2001 dan Maret 2005 yakni mengukir Hati St. Vinsensius dan Mewujudkan Jati Diri St. Vinsensius dalam Persaudaraan dan Pelayanan
  4. Kapitel Umum Kongregasi KYM yakni Maret 1996, “mengadakan bina karya dan memikirkan terobosan baru sehingga karya-karya yang sudah ada tetap hidup sesuai dengan spiritualitas Kongregasi dan sanggup menjawab masyarakat”
  5. Kapitel Umum Maret 2001: “Kapitel memutuskan untuk meneruskan kehadiran dan karya KYM di Atambua terutama karya-karya yang berciri vinsensian
  6. Pertemuan para ibu dan wakil ibu komunitas pada tanggal 22-24 Februari 2002 melalui refleksi diputuskan agar menjadikan orang miskin sebagai sasaran pelayanan
  7. Kapitel Tengah Periode 2001-2005 (dilaksanakan 2003) memutuskan: “Agar Kongregasi membuat program untuk bentuk karya kerasulan yang sesuai dengan spiritulitas Kongregasi
  8. Pertemuan para ibu dan wakil ibu komunitas 13-15 November 2004; membangun dunia yang layak dihuni adalah jalan yang dipilih oleh Suster KYM seturut teladan St. Vinsensius yang memilih untuk melayani orang miskin. “Orang miskin majikan kita”
  9. Kapitel Umum KYM 2005
  1. menugaskan Pemimpin Umum dan Dewan Penasehat bersama komunitas untuk mempelajari lebih serius hal-hal yang perlu untuk melanjutkan pelayanan kasih di Bekasi sebagai wujud bakti sosial menurut spiritualiatas St. Vinsensius
  2. mendukung upaya-uapaya yang lebih konkrit untuk mendampingi anak jalanan antara lain: memberi peluang kepada suster untuk terjun langsung ke lapangan sampai menemukan pendampingan yang cocok
  1. Dan lebih konkrit dibicarakan pada Kapitel Tengah Periode tanggal 25-29 April 2007 yakni: “kapitularis mendukung dan menugaskan Pemimpin Umum dan Dewan Penasehatnya untuk mewujudkan karya vinsensian untuk orang miskin atau berbalik kepada orang miskin dengan diberinya kesempatan untuk membuka Panti Asuhan

Untuk lebih membatinkan spiritualitas St. Vinsensius secara Kongregasi, maka selama kurang lebih 6 tahun, KYM tetap berefleksi diri untuk mewujudkan jati diri St. Vinsensius tersebut. Sepanjang tahun selama tahun 2004 dan tahun 2006, Kongregasi KYM mencoba merenungkan bentuk-bentuk dan cara mengukir hati St. Vinsensius melalui rekoleksi bulanan maupun refleksi-refleksi lainnya yang membantu setiap anggota Kongregasi untuk melihat secara konkrit bagaimana cara mewujudkan spiritulitas dalam persaudaraan dan pelayananan.

Sejak Juni 1996, Kongregasi melalui Sr. Raynilda Sinaga telah mulai merintis keberpihakan pada kaum miskin dan lemah itu dengan bergabung bersama LSM lainnya untuk memperhatikan dan mendampingi anak-anak jalanan di Pematangsiantar Pendampingan dan perhatian pada anak jalanan ini menjadi cikal bakal bagi Kongregasi untuk melanjutkan keberpihakan kepada kaum lemah dan miskin lewat karya vinsensian yang melembaga seperti yang dicita-citakan Kongregasi KYM.

Kita mengakui dengan jujur telah banyak waktu diluangkan untuk hal ini. Setiap pertemuan intern Kongregasi maupun dalam Kapitel Umum Kongregasi hal ini tidak pernah luput dari pembahasan dan pembicaraan. Pendeknya semua suster bercita-cita untuk mewujudkan jati diri St. Vinsensius. Tanpa mau meratapi nasib, boleh dikatakan bahwa selama ini belum begitu nampak jelas bagaimana pemahaman spiritulitas itu diwujudkan. Kita menyadari bahwa banyak yang kita lakukan untuk memperhatikan kaum miskin dan terlantar, tetapi masih samar-samar, belum kasat mata. Dengan kata lain kita menumpangkan spiritualitas dalam karya pelayanan, seharusnya spiritualitas yang utama dan karya sebagai sarana untuk mewujudkan spiritualitas itu.

Pertemuan demi pertemuan, bahkan Kapitel demi Kapitel menghimbau selalu dan memberi wewenang kepada Pemimpin Umum dan Dewan Penasehat untuk memikirkan karya-karya karitatif secara melembaga, tetapi dambaan itu tak kunjung tiba karena pertimbangan demi pertimbangan.

Namun Kongregasi tidak mau berhenti dan diam. Permenungan demi permenungan ternyata berhasil menembus hati anggota Kongregasi, sehingga hati kita tergerak, siap sedia dan akhirnya bertindak. Petuah St. Vinsensius tertanggal 27 September (pada hari meninggalnya) dikatakan: Menunggu dengan sabar, lalu pada saat yang tepat bertindak”. Tidak ada istilah terlambat bagi orang yang mau memulai. Jangan pernah berhenti memulai dan jangan pernah mulai berhenti, kata orang bijak.

Diakui dengan sadar bahwa pertimbangan demi pertimbangan turut mempengaruhi lambatnya karya ini ditanggapi secara serius. Kata-kata St. Vinsensius meneguhkan hati kita: “Mulai saja, mulailah bersama dengan Tuhan, akan kamu lihat bisa berjalan dengan baik” (tanggal 1 September). Hal ini sejalan dengan semboyan Kongregasi “Ora et Labora” agar kita tidak mendahului Tuhan akan tetapi mengikuti petunjuk-petunjukNya.

Kapitel Tengah Periode yang dilaksanakan tanggal 25-29 April 2007 merupakan saat puncak penyadaran bagi seluruh anggota Kongregasi. Salah satu keputusan yang dihasilkan dalam Kapitel Tengah Periode tersebut ialah bahwa kapitularis demisioner menghimbau agar Pemimpin Umum dan Dewan Penasehat membuat karya kongregasi yang berciri Vinsensian secara melembaga, dan memberikan wewenang mewujudkan karya itu dalam bentuk Panti Asuhan.

Tidak lama setelah Kapitel Tengah Periode, Pimpinan menugasi Sr. Raynilda Sinaga untuk menjajaki pendirian Yayasan Karitatif Kongregasi. Dengan segala daya upaya dan jerih payah, akhirnya Sr. Raynilda telah berhasil membantu Pimpinan dalam pembuatan Akte Yayasan Vita Dulcedo dengan Logo mengambil sebagian dari Logo Kongregasi KYM yakni bunga teratai dengan kembang berlapis 7, 7 sinar Roh Kudus. Arti dari logo; teratai: lambang kehidupan  yang dapat bersinar di manapun berada, bunga: dalam kesulitan apapun kehidupan tetap dapat bermakna; sinar: hidup yang bermakna itu dibagikan kepada orang lain. Arti dari keseluruhan logo ialah: bahwa hidup harus tetap diusahakan supaya bersinar dan bermakna dalam keadaaan apapun.

Setelah isi akte rampung, maka pihak-pihak terkaitpun menandatangani akte tersebut. Sejak tuntasnya penandatanganan itu, sejak itu pulalah resmi berdiri Yayasan Sosial Kongregasi yang diberi nama Yayasan Vita Dulcedo yakni pada tanggal 11 Mei 2007 dengan Nomor 16 oleh Notaris Anita Gloria Simanjuntak, S.H. yang berkedudukan di Medan.

Maka sejak tanggal 11 Mei 2007 telah resmi berdiri Yayasan Karitatif Kongregasi. Dengan didirikannya Yayasan Vita Dulcedo ini, maka dimulailah Panti Asuhan di Nazareth sejak tanggal 10 Juli 2007 dengan jumlah anak Panti Asuhan. Sedangkan pelayanan Panti Jompo di Atambua sudah dimulai sejak tahun….. jauh sebelum didirkan Yayasan Vita Dulcedo dengan memberikan pelayanan kesehatan dan pelayanan rohani kepada mereka dengan mengunjungi mereka ke rumah masing-masing ke rumah-rumah di mana para jompo tinggal. Yayasan ini membawahi semua karya-karya karitatif yang  langsung ditangani oleh Kongregasi yakni Panti Jompo di Atambua dan Panti Asuhan di Nazareth. Operasional di Panti Jompo Atambua adalah Suster-suster komunitas St. Agustinus di Atambua, sedangkan di Panti Asuhan Nazareth adalah Sr. Ambrosia Nainggolan dan Sr. Natalia Situmorang, bekerja sama dengan komunitas Nazareth.

Arti kata Vita Dulcedo ialah Hidup yang Bersinar. Melalui pelayanan Kongregasi membantu dan membuat hidup orang-orang yang dilayani itu semakin bersinar. Sebagai inspirasi bersumber dari Mat: 5 – 16 yang berbunyi: “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga”, dan juga dari Butir-butir St. Vinsensius tgl 4 Agustus yang berbunyi: “Allah sumber terang, berikanlah aku terang, supaya aku dapat melihat apa yang harus kuperbuat”

Adapun maksud dan tujuan dari Yayasan ini ialah: “turut serta menciptakan dunia yang layak untuk dihuni melalui penyadaran masyarakat untuk menciptakan keadilan, kesetaraan dan keberpihakan kepada kaum yang diabaikan (lht AD YVD pasal 4). Sebagai keanggotaan dalam tri organ Yayasan Vita Dulcedo ialah:

Pembina          : Sr. Leonarda Situmorang (dengan sendirinya karena Pemimpin Umum Kongregasi sebagai pemilik Yayasan Vita Dulcedo

Pengawas        : Sr. Emiliana Silalahi dan Sr, Nikasia Sinaga

Pengurus

Ketua             : Sr. Raynilda Sinaga

Sekretaris      : Sr. Agatha Sinaga

Bendahara     : Sr. Ambrosia Nainggolan

Anggota        : Sr. Elfrida Sihombing

Demikian sekilas sejarah berdirinya Yayasan Vita Dulcedo ini. Semoga lewat yayasan ini, Kongregasi dapat membuat hidup semakin hidup dan semakin bersinar.